Peran Tiga Pilar dan Teknologi Membendung Kekerasan Berbasis Gender
Peran Pusat
Penguatan Karakter
Pusat
Penguatan Karakter (Puspeka) dibentuk agar mampu mewujudkan “Revolusi Mental”
yang dicanangkan pemerintah. Puspeka sebagai lembaga baru berupaya mewujudkan
“Revolusi Mental” dengan memberikan pemahaman secara luas kepada masyarakat
lewat berbagai media. Termasuk kegiatan Webinar Puspeka Ke-15.
Bapak
Hendarman sebagai Kepala Puspeka menyampaikan beberapa harapan dilaksanakannya
Webinar Puspeka Ke-15 bertema “Anti Kekerasan Berbasis Gender”. Pertama, mencegah berbagai kekerasan
berbasis gender dari lingkungan pendidikan hingga rumah. Kedua, masyarakat luas dapat memahami bentuk dan dampak kekerasan
berbasis gender. Ketiga, mengajak
berani membendung kekerasan berbasis gender.
Benang Merah Webinar
Ke-15 Puspeka, Peran Tiga Pilar, dan Teknologi
Paparan
Maria Ulfah Anshor sebagai narasumber dari Komisioner Komnas Perempuan menarik
untuk digarisbawahi. Sebagai pembicara ahli kajian wanita dan gender, menyoroti
kekerasan terhadap perempuan ranah publik serta kehidupan pribadi.
Psikolog
Gisella Tani Pratiwi membuka cakrawala pengetahuan. Gisella menampilkan data
konkrit terjadinya perundungan. Paparan Pusat Data dan Informasi Kementerian
Kesehatan RI menyatakan bahwa 50% anak di-bully
di sekolah. Data ini tidak perlu didebat, adalah tantangan agar sekolah merupakan
tempat aman, menyenangkan, dan ramah anak.
Dari
pemaparan dua narasumber dapat ditarik kesimpulan peran tiga pilar (keluarga,
sekolah, dan masyarakat) untuk membendung kekerasan berbasis gender. Juga peran
teknologi, penting untuk dikedepankan sebagai bukti otentik terjadinya
kekerasan berbasis gender.
Pengalaman
Penulis
Menjadi
pendidik harus berani menghadapi tantangan. Berani membendung kekerasan
berbasis gender sesuai harapan Kepala Puspeka. Meskipun terkadang ancaman fisik
dan psikis akan dialami. Sebagai pendidik, guru adalah garda terdepan pendidikan
karakter. Namun terkadang berbenturan dengan kepentingan sepihak siswa, lingkungan,
bahkan keluarga.
Sedikit
melenceng dari tema tetapi tetap dalam koridor “Kekerasan di Sekolah”, penulis
berbagi pengalaman. Peristiwa tindak kekerasan antara A dan B yang sama
lelakinya. Tindak kekerasan terhadap A dilakukan oleh B dan kelompoknya. Di
pojok sekolah yang tersembunyi A di-bully
dan dikeroyok oleh B beserta kelompoknya. Si A yang sendirian mendapat bertubi
pukulan dan tendangan. Untunglah penulis lewat dan melerai. Beruntung ada siswa
merekam pakai smartphone yang penulis pinjam untuk barang bukti melakukan
pembinaan.
Rupanya
B tidak terima dengan pembinaan yang penulis lakukan, bahkan menaruh dendam.
Pada suatu saat, penulis menegur B yang iseng bermain di parkiran saat
pembelajaran berlangsung. Sambil menasehati, penulis menepuk-nepuk bahunya,
tetapi oleh B diplintir memukul dan melaporkan kepada keluarganya.
Keluarga
B datang ke sekolah dan langsung marah-marah. Menghadapi keadaan ini penulis
tetap tenang. Segera mengambil bukti rekaman dan catatan sikap siswa. Dari bukti
inilah, keluarga B menyadari kesalahan. Penulis tetap meminta dukungan mendidik
dengan bijak dan menjauhi kekerasan dalam mendidik anak.
Kejadian
lain sewaktu pulang sekolah. Ada remaja yang mengumpat dan melakukan kekerasan
kepada C (siswa perempuan). Rupanya ada rasa cemburu. Penulis segera melerai
dan menengahi, tetapi justru si remaja menantang “carok” atau duel senjata.
Penulis tetap tenang dan menelepon polisi. Juga berusaha mencari bukti digital
rekaman CCTV yang kebetulan salah satu warga ada yang diaktifkan.
Berbekal
bukti rekaman, akhirnya si remaja menyadari kesalahannya. Dengan pembinaan
sinergi aparatur negara, orang tua, dan sekolah, kekerasan dapat dibendung. Inilah
peran penting tiga pilar dan teknologi dalam membendung kekerasan berbasis
gender dan mewujudkan pendidikan karakter.
Sudah hadir untuk baca
BalasHapusTerima kasih dan salam takzim dari jauh.
HapusMantap 👍
BalasHapusTerima kasih hadirnya Bang Pical.
HapusSalam sehat.
Haduh serem amat pakai ngajak duel senjata. Untung si remaja sadar.
BalasHapusNgeri juga...hehe
HapusTerima kasih mampirnya Mbak Hana.
Wah, sdh nulis di sini juga. Mantap ulasannya Mas Arief.
BalasHapusSalam hangat
Terima kasih hadirnya Om Tonny...
HapusSalam takzim selalu.
Mantap Pak Arief. Sukses selalu
BalasHapusTerima kasih dan salam takzim selalu...
HapusTulisan Bermanfaat pak Arif
BalasHapusAlam hangat
Terima kasih hadirnya Bang Aden. Salam sehat selalu.
HapusWah ulasan yang menarik Pak
BalasHapusTerima kasih Bang Fredy. Salam sehat selalu.
HapusMenarik dan inspiratif. Salam, Pak Arief.
BalasHapusTerima kasih Bang Deddy. Salam sehat selalu.
HapusMantap Pak Arief
BalasHapusTerima kasih hadirnya Pak Zein. Salam takzim dari jauh.
HapusWah.. keterlaluan siswa B pake lapor kepada keluarganya..
BalasHapusGak jantan
Pernak-pernik siswa dan tantangan untuk guru dalam mendidik anak bangsa. Salam takzim dari jauh Pak Budi.
HapusMantap Mas Arief...semangat selalu...
BalasHapusSalam takzim Pak Hensa. Terima kasih hadirnya.
HapusGuru harus banyak bersabar. Salah-salah malah dilawan murid.
BalasHapusGbu Pak Arief
Sukses selalu👍😎
Guru harus mendidik dengan hati. Salam takzim dari jauh Mbak Lestine.
HapusKeren Mas Arief, salam hangat
BalasHapusSalam takzim selalu Pak Kris. Terima kasih hadirnya...
HapusLapor hadir Mas Arief.
BalasHapusMurid pun buksn hanya potensial ya, sudah faktual berani memfitnah Pak Guru.
Pengalaman berharga vagi orang tua harus bijak bila mendapat pengaduan anaknya.
Terima kasih.
Hormat saya.
Siswa memiliki karakter yang berbeda Komandan. Tugas kita, bersama mendidik mereka dan jangan takut berbuat kebaikan apapun tantangannya.
HapusSalam takzim kami dari jauh. Terima kasih hadir dan apresiasinya.
Nah inilah inovasi pendidikan kekinian.
BalasHapusTulisan yg bagus pak Arief.
BalasHapusKeren nih, mas Arief sudah punya rumah sendiri.
BalasHapusWah udah punya rumah yang keren, mas
BalasHapus