Covid-19 Mengganas dan Momentum Membumikan Pendidikan Karakter
Munculnya Covid-19
Covid-19 muncul pada Desember 2019 di Wuhan. Mengubah
tatanan kehidupan. Lembaga pendidikan dan lainnya terdampak langsung. Covid-19
adalah virus yang mematikan. Belum ada vaksin dan obat untuk mencegah dan
menyembuhkan orang yang tertular Covid-19.
Pemerintah berjuang melumpuhkan Covid-19.
Minimal mengurangi resiko penularan. Upaya pemerintah mengendalikan penyebaran
Covid-19 belum berhasil. Bahkan cenderung mengganas.
Berdasarkan data di Website Satuan Tugas
Penanganan Covid-19 per tanggal 1 Agustus 2020, Covid-19 di Indonesia telah
menyebar di 34 Provinsi. Angka persebaran terkonfirmasi positif Covid-19 masih
di bawah angka 1.000. Namun, berdasarkan data pertanggal 8 September 2020, terkonfirmasi
Covid-19 menembus angka 3.046. Penambahan ini sangat mengkhawatirkan. Dapat menimbulkan
jatuhnya banyak korban.
Mengapa Angka Terkonfirmasi Semakin Bertambah?
Sektor pendidikan terdampak langsung Covid-19. Pada
awal merebak Covid-19, pembelajaran tatap muka dihentikan. Siswa belajar dari
rumah, guru bekerja dari rumah. Cara ini ditempuh untuk mengutamakan kesehatan
dan keselamatan warga sekolah.
Himbauan “Selalu Pakai Masker”, “Biasakan Cuci
Tangan Pakai Sabun” dan lainnya gencar disosialisasikan pemerintah. Kenyataannya
banyak ditemukan pelanggaran.
Menurut Hendarman, Keputusan Bersama
Empat Menteri tentang Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran pada Tahun 2020/2021
dan Tahun Akademik 2020/2021 di masa pandemi CoVid-19 tidak sepenuhnya
dipatuhi. Pelanggaran yang dilakukan menjadi bukti kepala daerah, satuan
pendidikan, orang tua, dan masyarakat belum memahami prinsip kesehatan dan
keselamatan serta
bahaya yang dihadapi.
Lembaga
Pendidikan dan Klaster Penyebaran Covid-19
Berdasarkan
SKB Empat Menteri, beberapa daerah membolehkan pembelajaran di sekolah. Tetapi dengan
memberlakukan protokol kesehatan secara ketat. Nyatanya, lembaga pendidikan longgar
menerapkan protokol kesehatan.
Coba
tengok, ada lembaga pendidikan yang melonggarkan pemakaian masker. Demikian
pula masyarakat luas. Padahal dengan 75% penduduk memakai masker akan menekan
kasus Covid-19 di Indonesia. (Tim Komunikasi Komite Penanganan Corona Virus Disease
2019 (Covid-19) dan Pemulihan Ekonomi Nasional).
Muncul klaster penyebaran Covid-19. Dikutip
dari Tirto.id, Ponpes Darussalam Blokagung, dihuni
setidaknya 6.000 santri. Dari jumlah itu, “ada 622” yang tertular.
Bagaimana dengan kerumunan massa
di gelaran pilkada? Kafe dan lainnya yang cenderung longgar? Miris memprediksikan
penyebaran Covid-19 ke depan. Inilah momentum membumikan pendidikan karakter.
Covid-19 dan Momentum Membumikan
Pendidikan Karakter
Himbauan pemerintah untuk “Selalu Pakai Masker”, “Biasakan Cuci Tangan Pakai Sabun” dan
lainnya mengandung nilai karakter. Tanpa membumikan nilai karakter, upaya
pemerintah menekan penyebaran Covid-19 lewat himbauan akan sia-sia.
Pemerintah melalui Kemendikbud menetapkan 5
karakter utama yang hendak ditumbuhkan melalui PPK, yakni religiositas,
nasionalisme, kemandirian, gotong royong dan integritas. Kelima karakter utama
ini bisa dibumikan dalam lingkungan keluarga, masyarakat, dan kelembagaan.
Kata integritas dalam KBBI diartikan wujud keutuhan prinsip moral dan etika bangsa dalam kehidupan
bernegara. Artinya, ada kesamaan prinsip antara warga negara dengan
pemerintah untuk satu tujuan menekan penyebaran Covid-19 dengan menjalankan
himbauan pemerintah.
Karakter integritas perlu ditanamkan di
lingkungan keluarga. Anak akan membiasakan “Memakai Masker, “Cuci Tangan Pakai Sabun”,
dan lainnya jika orang tua menjadi teladan secara terus menerus.
Lembaga pendidikan dan masyarakat, harus
membumikan karakter integritas dengan melaksanakan himbauan pemerintah. Integritas
kuat membumikan karakter kemandirian. Sekarang dan masa akan datang. Semoga
Rujukan :
Hendarman. 2020.
"Problematika Belajar Tatap Muka", Harian Jawa Pos, 1 Agustus 2020,
hal. 2, kolom Opini.
https://tirto.id/klaster-corona-terbesar-di-jatim-622-santri-ponpes-di-banyuwangi-f2Nw
Memang semua itu ada plus minusnya....
BalasHapusBetul, tetapi tetap usaha dengan minimal selalu pakai masker dan cuci tangan pakai sabun jika aktivitas ke luar rumah. Terima kasih dan salam blogger.
HapusSemua yang Anda nyatakan dalam artikel tsb benar adanya. Sektor pendidikan bak mengalami kehancuran. Tetapi ada hikmah yang terdembunyi : Pendidikan Karakter.
BalasHapusMomentum untuk membumikan pendidikan karakter. Integritas dan kemandirian dibutuhkan dalam menekan penyebaran Covid-19 yang semakin mengganas.
HapusTerima kasih Om Herry. Salam takzim selalu.
Sekolah jadi klaster baru memang bisa saja terjadi.
BalasHapusSudah terjadi, semoga tidak semakin membola. terima kasih dan salam takzim.
HapusAnak saya setiap hari nanya kapan sekolahhhh..kapann
BalasHapusEntahlah. Yang jelas setelah vaksin dan obat yang ampuh ditemukan. Salam takzim.
HapusNgeri membayangkan dampak ekonomi yang terjadi, mas... Kalau pasien bertambah dan pabrik pada tutup dan lainnya tutup. Sudah ada penanganan yang kurang tepat dari awalnya.
BalasHapusDari awal harusnya segera lokalisir dan menutup mobilitas dari dan ke luar negeri. nasi sudah menjadi bubur, integritas dan kemandirian benteng yang perlu terus dijaga oleh setiap anggota keluarga dan masyarakat....
BalasHapusSalam Blogger.
Terpenting adanya sense of crisis dari pandemi
BalasHapusBetul Pak Budi. Memungkinkan antisipasi dampak terburuk. Terima kasih singgahnya. Salam Blogger.
HapusTerima kasih telah berbagi tulisan yg brmanfaat
BalasHapusTerima kasih singgahnya Bu Guru. Salam Blogger.
HapusJoss
BalasHapusTerima kasih hadirnya Mas Ozy. Salam Blogger.
HapusMantap nih, pak guru. Napa gak di up ke Kompasiana?😁
BalasHapusSalam siang
SSSttttt.....Buat syarat lomba.... :)
HapusSalam Blogger
Mantul nih, pak guru..
BalasHapusWah baru aktif blog lagi saya😂
Salam siang
Jangan ditinggal, kasihan kesepian Blognya...hehe....
HapusSalam takzim.
semangat para rekan rekan guru, salam sehat:)
BalasHapusTerima kasih mampirnya Bang Deda....
HapusSalam takzim selalu.
Keren banget, Pak Arief. Semangat berinovasi.
BalasHapusTerima kasih singgahnya Pak Fauzi Yamin....
HapusSalam takzim selalu.
Setuju. Banyak nilai-nilai karakter yang dapat ditumbuhkan di masa pandemi seperti saat ini. #Salamliterasi @Almunawy.id
BalasHapusTerima kasih Pak Syam. Salam Blogger.
Hapuskaka saya dan keluarganya juga kena dan sekarang isolasi mandiri di rumah, semoga pandemi covid-19 ini segera berlalu.
BalasHapusInsyaallah, dengan do'a dan ikhtiar yang istiqamah yakin virus corona akan dapat dikendalikan, minimal ke depan ada obat penyembuh yang ampuh. Miris kalau lihat betapa virus yang sudah masuk ke paru-paru cepat berkembang-biak dan menutupi saluran organ vital....
HapusSementara yang dapat kita lakukan dengan tetap mematuhi protokol kesehatan....
Salam takzim Om Jay.
Semoga kakak Om Jay dan keluarganya segera sembuh dan dapat kembali beraktivitas seperti biasanya....
HapusKondisi akibat covid 19 semakin mengkhawatirkan
BalasHapusPerlu integritas dan kemandirian untuk tetap menjaga protokol kesehatan. Salam Blogger.
HapusTerimakasih infonya Pak. Izin untuk menjadi rujukan dalam rapat bersama ortu, guru dan yayasan
BalasHapusSilahkan, tekankan pada kemungkinan lembaga pendidikan sebagai klaster (seperti Ponpes Blokagung-Banyuwangi yg sampai 600 lebih....kalau sudah terjadi, siapa harus bertanggung jawab? dan apakah nantinya saling menyalahkan....
HapusSalam Blogger
Orang tua menuntut sekolah karena, orang tua beranggspan tugas mengajar adalah guru.Pendidik utama adalah orang tua.
BalasHapusDalam keadaan darurat perlu pemahaman menyeluruh pandemi Covid-19 dan keutamaan menjaga kesehatan dan keselamatan. Kerjasama lembaga sekolah, keluarga, dan masyarakat harus sejalan agar kepentingan pendidikan dan prioritas kesehatan serta keselamatan warga sekolah masih dapat dijalankan, meskipun ada kendala dan lain-lain.... Di sinilah peran Pendidikan Karakter mengambil momentum secara proporsional.
HapusSalam Blogger Bu Yohana.
Sangat mungkin walaupun pengetatan protokol kesehatan tetapi kalau pendidikan karakter tdk dilaksanakan dgn ketat , terukur dan kontinyu , maka klaster-klaster akan timbul utamanya di sekolah yg beragam ... Semangat utk sehat 🙏👍👍
BalasHapusSangat setuju sekali....
BalasHapusSalam Blogger.
sebenarnya karakter mmg wajib dibumikan hanya pandemi ini jd moment yang tepat. Apa harus pandemi dulu ya mas baru ada langkah yg jelas ....masyarakat kita mmg perlu momentum dulu baru ada sesuatu yang cetar membahana .....keren tulisannya mas ....
BalasHapusMungkin juga ya :)
HapusSeperti cerita pewayangan, harus ada "gara-gara" dulu, barulah muncul punakawan pemberi nasehat/pitutur yang dikemas "Banyolan"....
Salam Blogger Bu Nurhidayati.
semoga saja covid 19 segera pergi dari muka bumi, aamiin
BalasHapusAamiin....
BalasHapusAlhamdulillah, bisa baca tulisan yang bagus nih. Benar sekali pak, karakter kedisiplinan juga harus ditanamkan mulai dari keluarga. Disiplin pakai masker, CTPS, jaga jarak harus selalu diingatkan pada keluarga. Orangtua adalah teladan bagi anak-anaknya. Selalu mengingatkan agar tak terbentuk kluster keluarga.
BalasHapusSalam sehat dan bahagia.
Betul sekali Bu Alvi. Semoga kita tetap diberi nikmat sehat oleh Allah SWT
BalasHapus